Sony
Tentang Sony
Sony (Katakana: ソニー) adalah perusahaan elektronik yang berpusat diTokyo, Jepang. Sekarang, Sony merupakan produsen elektronik
terbesar di dunia, dan salah satu perusahaan terbesar di Jepang dan dunia.
Perusahaan
Sony diperdagangkan di Bursa Saham Tokyo dengan nomor 6758 dan Bursa
Saham New York sebagai SNE melalui ADR
Melihat
Sejarah Berdirinya Sony, ini telah dimulai dari didirikannya TTK pada mei 1946
oleh Masaru Ibuka dan Akio Morita. Kemudian berganti nama menjadi Sony ditahun
1958. Hingga sekarang ini, perusahaan yang berkantor pusat di Minato, Tokyo,
Jepang tersebut, telah menjadi perusahaan konglomerat multinasional .
Perusahaan ini adalah salah satu produsen terkemuka produk elektronik untuk
pasar konsumen kelas menengah dan profesional.
Perusahaan Sony mempunyai beberapa sektor
industri, seperti pada Elektronik (seperti AV / produk dan komponen IT), game
(seperti PlayStation), Hiburan (seperti film dan musik) , dan sektor Jasa
Keuangan (seperti asuransi dan perbankan).
Sony didirikan pada 7 Mei 1946 dengan nama Perusahaan Telekomunikasi Tokyo (Tokyo Telecommunications Engineering Corporation) dengan sekitar 20 karyawan. Seiring dengan berkembangnya Sony sebagai perusahaan internasional yang besar, ia membeli perusahaan lain yang mempunyai sejarah yang lebih lama termasuk Columbia Records (perusahaan rekaman tertua yang masih ada, didirikan pada tahun 1888). Hingga saat ini (2014), operasi bisnis Sony meliputi;
Sony didirikan pada 7 Mei 1946 dengan nama Perusahaan Telekomunikasi Tokyo (Tokyo Telecommunications Engineering Corporation) dengan sekitar 20 karyawan. Seiring dengan berkembangnya Sony sebagai perusahaan internasional yang besar, ia membeli perusahaan lain yang mempunyai sejarah yang lebih lama termasuk Columbia Records (perusahaan rekaman tertua yang masih ada, didirikan pada tahun 1888). Hingga saat ini (2014), operasi bisnis Sony meliputi;
Electronics
& Mobile
Film
& Television
Music
Games
Digital
Services
Biotechnology
Micronics
(Medical business)
Sony
Card.
Yang
selanjutnya semua bidang-bidang tersebut dibawah Sony Group. Sony
termasuk satu dari pabrikan elektronik terbesar di Seluruh Dunia, masuk dalam
Top 20 Semiconductor pemimpin penjualan dan bahkan terbesar ketiga untuk
produsen televisi di dunia, setelah Samsung
Electronics dan
LG Electronics. Slogan perusahaan saat ini BE MOVED. Mantan slogan mereka make.believe
dan like.no.other.
Sony Corporation adalah unit bisnis elektronik dan induk perusahaan dari Sony Group. Ini terutama melakukan perencanaan strategis bisnis kelompok, penelitian dan pengembangan (R & D), perencanaan, merancang dan pemasaran untuk produk elektronik. Anak perusahaan seperti Sony EMCS Corporation (6 ada di Jepang), Sony Semiconductor Corporation (7 pabrik di Jepang) dan anak perusahaan di luar Jepang (Brazil, Cina, Inggris, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Irlandia dan Amerika Serikat) bertanggung jawab untuk manufaktur serta rekayasa produk (Sony EMCS juga bertanggung jawab untuk operasi layanan pelanggan). Pada tahun 2012, Sony menggulung sebagian besar layanan konten konsumen (termasuk video, musik, dan game) ke Sony Entertainment Network.
Sony Corporation adalah unit bisnis elektronik dan induk perusahaan dari Sony Group. Ini terutama melakukan perencanaan strategis bisnis kelompok, penelitian dan pengembangan (R & D), perencanaan, merancang dan pemasaran untuk produk elektronik. Anak perusahaan seperti Sony EMCS Corporation (6 ada di Jepang), Sony Semiconductor Corporation (7 pabrik di Jepang) dan anak perusahaan di luar Jepang (Brazil, Cina, Inggris, India, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Irlandia dan Amerika Serikat) bertanggung jawab untuk manufaktur serta rekayasa produk (Sony EMCS juga bertanggung jawab untuk operasi layanan pelanggan). Pada tahun 2012, Sony menggulung sebagian besar layanan konten konsumen (termasuk video, musik, dan game) ke Sony Entertainment Network.
Sejarah Sony
Nama
“Sony” dipilih untuk merek sebagai campuran dari dua kata. Salah satunya adalah
kata Latin “sonus”, yang merupakan akar dari kata sonik yang mempunyai arti
suara atau bunyi, dan yang lain adalah “Sonny”, istilah yang akrab digunakan
dalam tahun 1950-an yang populer di Amerika untuk memanggil anak laki-laki.
Pada saat itu, sangatlah aneh bagi sebuah perusahaan Jepang untuk menggunakan
huruf Roman untuk mengeja namanya, apalagi penggunaan aksara fonetis yang digunakan
dalam penulisan bahasa Jepang (daripada menggunakan aksara Tionghoa). Dan pada
1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama " Sony Corporation
" sebagai nama perusahaan. Mudah digunakan dan mudah dieja dalam segala
bahasa dunia. Nama Sony menggaungkan semangat kebebasan dan keterbukaan dalam
inovasi.
Pada september 1945, dimulailah cerita sejarah berdirinya Sony, Masaru Ibuka kembali ke Tokyo setelah perang usai, ia memulai sebuah toko elektronik di gedung department store di Tokyo. Tahun berikutnya, tepat pada 7 mei 1946, ia bergabung dengan rekannya, Akio Morita, dan mereka berdua mendirikan sebuah perusahaan bernama Tokyo Tsushin Kogyo (Tokyo Telecommunications Engineering Corporation ).
Ketika Tokyo Tsushin Kogyo sedang mencari nama yang sudah diromanisasi digunakan untuk memasarkan diri, mereka sangat mempertimbangkan menggunakan singkatan mereka, TTK. Alasan utamanya, mereka melihat perusahaan kereta api Tokyo Kyuko yang saat itu dikenal sebagai TTK.
Perusahaan kadang-kadang digunakan akronim “Totsuko” di Jepang, namun selama kunjungannya ke Amerika Serikat, Morita menemukan bahwa orang Amerika mengalami kesulitan mengucapkan nama tersebut. Nama awal lain yang mencoba keluar untuk sementara waktu adalah “Tokyo Teletech” sampai akhirnya Akio Morita menemukan adanya perusahaan Amerika yang sudah menggunakan Teletech sebagai nama merek.
Pada tahun 1955, perusahaan TTK mengeluarkan produk TR -55 radio transistor.
Dan pada 1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama ” Sony Corporation ” sebagai nama perusahaan. Mudah digunakan dan mudah dieja dalam segala bahasa dunia. Nama Sony menggaungkan semangat kebebasan dan keterbukaan dalam inovasi.
Langkah ini sebelumnya mendapatkan tentangan dari bank yang merupakan sponsor TTK saat itu, Mitsui Bank, mereka menginginkan nama seperti Sony Electronic Industries, atau Sony Teletech. Tetapi pendirian Akio Morita tetap teguh, karena dia tidak ingin nama perusahaannya terkait dengan industri apapun juga. Akhirnya, sang Ketua Bandai dan Presiden Masaru Ibuka memberikan persetujuannya.
Pada september 1945, dimulailah cerita sejarah berdirinya Sony, Masaru Ibuka kembali ke Tokyo setelah perang usai, ia memulai sebuah toko elektronik di gedung department store di Tokyo. Tahun berikutnya, tepat pada 7 mei 1946, ia bergabung dengan rekannya, Akio Morita, dan mereka berdua mendirikan sebuah perusahaan bernama Tokyo Tsushin Kogyo (Tokyo Telecommunications Engineering Corporation ).
Ketika Tokyo Tsushin Kogyo sedang mencari nama yang sudah diromanisasi digunakan untuk memasarkan diri, mereka sangat mempertimbangkan menggunakan singkatan mereka, TTK. Alasan utamanya, mereka melihat perusahaan kereta api Tokyo Kyuko yang saat itu dikenal sebagai TTK.
Perusahaan kadang-kadang digunakan akronim “Totsuko” di Jepang, namun selama kunjungannya ke Amerika Serikat, Morita menemukan bahwa orang Amerika mengalami kesulitan mengucapkan nama tersebut. Nama awal lain yang mencoba keluar untuk sementara waktu adalah “Tokyo Teletech” sampai akhirnya Akio Morita menemukan adanya perusahaan Amerika yang sudah menggunakan Teletech sebagai nama merek.
Pada tahun 1955, perusahaan TTK mengeluarkan produk TR -55 radio transistor.
Dan pada 1958 perusahaan mulai secara formal mengadopsi nama ” Sony Corporation ” sebagai nama perusahaan. Mudah digunakan dan mudah dieja dalam segala bahasa dunia. Nama Sony menggaungkan semangat kebebasan dan keterbukaan dalam inovasi.
Langkah ini sebelumnya mendapatkan tentangan dari bank yang merupakan sponsor TTK saat itu, Mitsui Bank, mereka menginginkan nama seperti Sony Electronic Industries, atau Sony Teletech. Tetapi pendirian Akio Morita tetap teguh, karena dia tidak ingin nama perusahaannya terkait dengan industri apapun juga. Akhirnya, sang Ketua Bandai dan Presiden Masaru Ibuka memberikan persetujuannya.
Masaru Ibuka
Masaru
Ibuka (11 April 1908, Nikko City, Jepang – 19 December 1997, Tokyo) adalah
seorang industrialis elektronik Jepang. Ia lulus dari Universitas Waseda pada
tahun 1933. Setelah kelulusan, ia bekerja di Photo-Chemical Laboratory, sebuah
perusahaan yang memproduksi film. Pada tahun 1946, ia meninggalkan perusahaan
tersebut dan mendirikan toko reparasi radio di Tokyo, yang merupakan cikal
bakal perusahaan SONY.
Akio Morita
Akio
Morita (lahir 26 Januari 1921 – meninggal 3 Oktober 1999 pada umur 78 tahun)
adalah pelopor berdirinya Sony Corporation. Sejak menginjak dewasa, di bawah
pantauan ayahnya, Kyuzaemon, Akio dipersiapkan untuk menjadi pewaris bisnis
keluarga. Bahkan ketika masih mahasiswa, Akio sering dilibatkan dalam rapat
perusahaan dengan ayahnya dan ia membantu bisnis keluarga terutama pada liburan
sekolah.
Sejak usia dini, Akio gemar mengutak-atik peralatan elektronik. Matematika dan fisika adalah mata pelajaran favorit selama SD dan SMP dan sekolah tinggi. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi, ia masuk Jurusan Fisika di Osaka Imperial University. Pada saat lulus dari Universitas, Jepang terlibat dalam perang Pasifik dan Akio bergabung dengan Angkatan Laut pada tahun 1944.
Ketika ia kembali ke rumah keluarga di Nagoya setelah perang, ketika sebuah artikel tentang laboratorium penelitian didirikan oleh Ibuka muncul dalam kolom surat kabar Asahi disebut, “Blue Pensil”. Morita diundang untuk bergabung dengan fakultas Institut Teknologi Tokyo oleh salah seorang profesor. Morita mengemasi barang-barangnya dan siap untuk berangkat ke Tokyo. Dengan berakhirnya perang, Ibuka mendirikan Institut Penelitian Telekomunikasi Tokyo untuk memulai awal yang baru. Setelah membaca artikel ini, Morita mengunjungi Ibuka di Tokyo dan mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan baru bersama.
Sejak usia dini, Akio gemar mengutak-atik peralatan elektronik. Matematika dan fisika adalah mata pelajaran favorit selama SD dan SMP dan sekolah tinggi. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi, ia masuk Jurusan Fisika di Osaka Imperial University. Pada saat lulus dari Universitas, Jepang terlibat dalam perang Pasifik dan Akio bergabung dengan Angkatan Laut pada tahun 1944.
Ketika ia kembali ke rumah keluarga di Nagoya setelah perang, ketika sebuah artikel tentang laboratorium penelitian didirikan oleh Ibuka muncul dalam kolom surat kabar Asahi disebut, “Blue Pensil”. Morita diundang untuk bergabung dengan fakultas Institut Teknologi Tokyo oleh salah seorang profesor. Morita mengemasi barang-barangnya dan siap untuk berangkat ke Tokyo. Dengan berakhirnya perang, Ibuka mendirikan Institut Penelitian Telekomunikasi Tokyo untuk memulai awal yang baru. Setelah membaca artikel ini, Morita mengunjungi Ibuka di Tokyo dan mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan baru bersama.
Perkembangan Sony
Sony secara sejarah terkenal karena
sering memaksakan standar ciptaan mereka sendiri untuk teknologi perekaman dan
penyimpanan, yang sering berbeda dari buatan perusahaan lain ataupun dari tren
di pasaran . Yang paling terkenal dari semuanya adalah perang format kaset
video pada awal 1980-an, ketika Sony memasarkan sistem Betamax mereka
untukperekam kaset video melawan
format VHS buatan JVC. Pada
akhirnya, VHS mendapatkan tempat di pasaran luas dan menjadi standar dunia
untuk pemutar kaset video rumahan dan Sony terpaksa mengalah.
Sony terus mencoba taktik yang sama
dengan teknologi ciptaan mereka selanjutnya; misalnya format rekaman digital
mereka, Minidisc didorong untuk menjadi
pengganti kaset audio sementara saingannya memilih CD-R dan MP3.
Sony juga menggunakan secara
besar-besaran modul memori MemoryStick mereka untuk kamera digital
dan peralatan portabel lainnya, yang sedikit digunakan perusahaan lainnya. Sony
juga mencoba bersaing dengan zip drive Iomega
danImation Superdisk melalui HiFD buatan mereka namun gagal
besar.
Awalnya
pada Februari 1960, Sony Corporation of America (Sonam) didirikan untuk
mengawasi kegiatan pemasaran Sony di Amerika Serikat. Ini adalah sesuatu yang
tidak ada perusahaan elektronik Jepang lainnya yang berani mencoba resiko ini.
Dalam prosesnya, ia dikejutkan oleh mobilitas karyawan di antara
perusahaan-perusahaan Amerika, yang tidak pernah ia lihat di Jepang. Dan ketika
ia kembali ke Jepang, ia mencari karyawan berpengalaman yang “paruh baya” dari
perusahaan lain untuk diajak bergabung dengan Sony.
Sony memainkan peran utama dalam pengembangan Jepang sebagai eksportir kuat selama tahun 1960-an, 70-an, dan 80-an. Hal ini juga membantu untuk secara signifikan meningkatkan persepsi di Amerika tentang produk “buatan Jepang”. Dikenal untuk kualitas produksi, Sony mampu mengisi di atas harga pasar untuk elektronik konsumen dan menolak menurunkan harga.
Ibuka berperan dalam memperoleh lisensi teknologi transistor dari Bell Labs pada tahun 1950an, yang menjadikan Sony salah satu perusahaan yang mengaplikasikan teknologi transistor untuk penggunaan non-militer.
Pada tahun 1971, Masaru Ibuka menyerahkan posisi presiden kepada rekan-pendiri Akio Morita (Ibuka menjabat presiden di Sony dari tahun 1950 hingga 1971, dan kemudian sebagai chairman dari tahun 1971 hingga 1976).
Dibawah pimpinan Akio Morita, Sony mulai lagi mengembangkan perusahaan dibidang asuransi jiwa pada tahun 1979, dengan mendirikan Sony Prudential Life Insurance Co Ltd, perusahaan patungan 50-50 dengan The Prudential Life Insurance Co of America. Namun karena adanya resesi global pada awal tahun 1980, penjualan elektronik jatuh dan perusahaan dipaksa untuk memotong harga, pada saat itu neraca keuntungan Sony turun tajam.
Norio Ohga menjadi presiden Sony pada tahun 1982, dan kemudian menjadi CEO Sony pada tahun 1989. Pada tahun yang sama, ia membeli Columbia Pictures Entertainment (saat ini Sony Pictures Entertainment) dari Coca-Cola Company sebesar $ 3,4 miliar. Satu tahun sebelumnya, ia membeli CBS Records Group (saat ini Sony Music Entertainment) dari Columbia Broadcasting System. Ohga juga memainkan peran penting dalam membangun Sony Computer Entertainment pada tahun 1993 . Dia mendukung Ken Kutaragi untuk mengembangkan PlayStation sebagai konsol milik Sony. Beberapa tahun kemudian Nobuyuki Idei menjadi CEO menggantikan Ohga.
Pada tahun 2005, Howard Stringer pengganti Nobuyuki Idei membantu untuk menghidupkan kembali perjuangan bisnis media perusahaan, Ia berharap untuk menjual bisnis perangkat dan fokus perusahaan lagi pada elektronik. Selain itu, ia bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antara unit bisnis, yang ia sebut sebagai “silo”. Dalam upaya untuk memberikan merek bersatu untuk operasi global, Sony memperkenalkan slogan yang dikenal sebagai “make.believe” pada tahun 2009 .
Meskipun beberapa keberhasilan, perusahaan menghadapi perjuangan lanjutan di pertengahan sampai akhir 2000-an. Ia menjadi terkenal karena stagnasi, dengan nama merek memudar. Pada tahun 2012, Kazuo Hirai dipromosikan menjadi Presiden dan CEO, menggantikan Sir Howard Stringer. Tak lama kemudian, inisiatif perusahaan bernama “One Sony” untuk menghidupkan kembali Sony dari kerugian keuangan dan struktur manajemen birokrasi, yang terbukti sulit bagi mantan CEO Stringer untuk menyelesaikan, sebagian karena perbedaan dalam budaya bisnis dan bahasa asli antara Stringer dan beberapa divisi Jepang dan anak perusahaan Sony. Hirai akan lebih fokus untuk bisnis elektronik Sony, yang meliputi teknologi imaging, game dan teknologi mobile, serta pengurangan untuk bisnis televisi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Sony telah menjual dan mengurangi beberapa departemen dan kepemilikan dalam rangka untuk meningkatkan keuntungan. Pada bulan Februari 2014, Sony mengumumkan penjualan divisi Vaio PC ke sebuah perusahaan baru yang dimiliki oleh dana investasi Jepang Industrial Partners dan mulai fokus lagi di divisi TV agar menjadi perusahaan sendiri untuk membuatnya lebih gesit. Dengan ini diharapkan dapat mengubah kerugian masa lalu.
Kemudian bulan itu, mereka juga telah mengumumkan akan menutup 20 toko. Lalu pada bulan April 2014, Sony mengumumkan akan menjual 9,5 juta saham Square Enix (kira-kira 8,2 persen dari total saham perusahaan) dalam sebuah kesepakatan senilai sekitar $ 48.000.000.
Pada Mei 2014 perusahaan mengumumkan itu membentuk dua perusahaan patungan dengan Shanghai Oriental Pearl Group untuk memproduksi dan memasarkan Sony PlayStation konsol game dan perangkat lunak terkait di Cina.
Sony memainkan peran utama dalam pengembangan Jepang sebagai eksportir kuat selama tahun 1960-an, 70-an, dan 80-an. Hal ini juga membantu untuk secara signifikan meningkatkan persepsi di Amerika tentang produk “buatan Jepang”. Dikenal untuk kualitas produksi, Sony mampu mengisi di atas harga pasar untuk elektronik konsumen dan menolak menurunkan harga.
Ibuka berperan dalam memperoleh lisensi teknologi transistor dari Bell Labs pada tahun 1950an, yang menjadikan Sony salah satu perusahaan yang mengaplikasikan teknologi transistor untuk penggunaan non-militer.
Pada tahun 1971, Masaru Ibuka menyerahkan posisi presiden kepada rekan-pendiri Akio Morita (Ibuka menjabat presiden di Sony dari tahun 1950 hingga 1971, dan kemudian sebagai chairman dari tahun 1971 hingga 1976).
Dibawah pimpinan Akio Morita, Sony mulai lagi mengembangkan perusahaan dibidang asuransi jiwa pada tahun 1979, dengan mendirikan Sony Prudential Life Insurance Co Ltd, perusahaan patungan 50-50 dengan The Prudential Life Insurance Co of America. Namun karena adanya resesi global pada awal tahun 1980, penjualan elektronik jatuh dan perusahaan dipaksa untuk memotong harga, pada saat itu neraca keuntungan Sony turun tajam.
Norio Ohga menjadi presiden Sony pada tahun 1982, dan kemudian menjadi CEO Sony pada tahun 1989. Pada tahun yang sama, ia membeli Columbia Pictures Entertainment (saat ini Sony Pictures Entertainment) dari Coca-Cola Company sebesar $ 3,4 miliar. Satu tahun sebelumnya, ia membeli CBS Records Group (saat ini Sony Music Entertainment) dari Columbia Broadcasting System. Ohga juga memainkan peran penting dalam membangun Sony Computer Entertainment pada tahun 1993 . Dia mendukung Ken Kutaragi untuk mengembangkan PlayStation sebagai konsol milik Sony. Beberapa tahun kemudian Nobuyuki Idei menjadi CEO menggantikan Ohga.
Pada tahun 2005, Howard Stringer pengganti Nobuyuki Idei membantu untuk menghidupkan kembali perjuangan bisnis media perusahaan, Ia berharap untuk menjual bisnis perangkat dan fokus perusahaan lagi pada elektronik. Selain itu, ia bertujuan untuk meningkatkan kerja sama antara unit bisnis, yang ia sebut sebagai “silo”. Dalam upaya untuk memberikan merek bersatu untuk operasi global, Sony memperkenalkan slogan yang dikenal sebagai “make.believe” pada tahun 2009 .
Meskipun beberapa keberhasilan, perusahaan menghadapi perjuangan lanjutan di pertengahan sampai akhir 2000-an. Ia menjadi terkenal karena stagnasi, dengan nama merek memudar. Pada tahun 2012, Kazuo Hirai dipromosikan menjadi Presiden dan CEO, menggantikan Sir Howard Stringer. Tak lama kemudian, inisiatif perusahaan bernama “One Sony” untuk menghidupkan kembali Sony dari kerugian keuangan dan struktur manajemen birokrasi, yang terbukti sulit bagi mantan CEO Stringer untuk menyelesaikan, sebagian karena perbedaan dalam budaya bisnis dan bahasa asli antara Stringer dan beberapa divisi Jepang dan anak perusahaan Sony. Hirai akan lebih fokus untuk bisnis elektronik Sony, yang meliputi teknologi imaging, game dan teknologi mobile, serta pengurangan untuk bisnis televisi.
Dalam beberapa bulan terakhir, Sony telah menjual dan mengurangi beberapa departemen dan kepemilikan dalam rangka untuk meningkatkan keuntungan. Pada bulan Februari 2014, Sony mengumumkan penjualan divisi Vaio PC ke sebuah perusahaan baru yang dimiliki oleh dana investasi Jepang Industrial Partners dan mulai fokus lagi di divisi TV agar menjadi perusahaan sendiri untuk membuatnya lebih gesit. Dengan ini diharapkan dapat mengubah kerugian masa lalu.
Kemudian bulan itu, mereka juga telah mengumumkan akan menutup 20 toko. Lalu pada bulan April 2014, Sony mengumumkan akan menjual 9,5 juta saham Square Enix (kira-kira 8,2 persen dari total saham perusahaan) dalam sebuah kesepakatan senilai sekitar $ 48.000.000.
Pada Mei 2014 perusahaan mengumumkan itu membentuk dua perusahaan patungan dengan Shanghai Oriental Pearl Group untuk memproduksi dan memasarkan Sony PlayStation konsol game dan perangkat lunak terkait di Cina.
Meredupnya bisnis
smartphone dari Sony
REPUBLIKA.CO.ID,
TOKYO -- Kepala Eksekutif Sony Corp Kazuo Hirai mempertimbangkan alternatif
lain tahun depan setelah lini bisnis ponsel pintar (smartphone) terus
menurun. Jika tahun depan masih merugi, tidak menutup kemungkinan Sony
mengembangkan bisnis lain.
Setelah mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir, Hirai mampu merustrukturisasi bisnis. Perbaikan bisnis mulai terasa dengan efisiensi biaya dan penghentian lini bisnis yang merugi seperti produksi PC. Selain itu, Sony memperkuat penjualan sensor gambar dan videogame. Sayangnya, lini bisnis ponsel pintar terus menurun.
"Kami akan melanjutkan bisnis sepanjang kami masih sesuai target dengan skenario membuat perubahan tahun depan. Namun, kami tidak meniadakan kemungkinan alternatif lain," ujar Hirai seperti dikutip Reuters, Rabu (7/10).
Sony dan perusahaan elektronik Jepang lainnya berjuang keras untuk bersaing dengan produsen asal Asia lain yang menjual produknya lebih murah seperti Samsung Electronics dan bahkan menghadapi Apple Inc. Berdasarkan data perusahaan tahun lalu, ponsel Sony termasuk produknya Xperia hanya memiliki pangsa pasar 17,5 persen di Jepang dan kurang dari satu persen di Amerika Utara.
Perseroan telah menurunkan target pada Juli lalu untuk unit bisnis komunikasi menjadi rugi 60 miliar yen dari perkiraan sebelumnya rugi 39 miliar yen. "Saya merasa perubahan dalam bisnis elektronik kami menunjukkan perkembangan. Hasil dari tiga tahun restrukturisasi mulai nampak. Tapi kami masih butuh merestrukturisasi lini ponsel pintar," ungkapnya.
Juru Bicara Sony Yoshinori Hashitani sebelumnya mengatakan perseroan masih dalam target untuk mencapai laba di bisnis mobile tahun depan melalui efisiensi. "Restrukturisasi bisnis mobile berjalan sesuai rencana dan kami berusaha mendapat laba di tahun anggaran ke depan. Saat ini, kami tidak memiliki rencana untuk menghentikan bisnis mobile," ungkapnya.
Setelah mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir, Hirai mampu merustrukturisasi bisnis. Perbaikan bisnis mulai terasa dengan efisiensi biaya dan penghentian lini bisnis yang merugi seperti produksi PC. Selain itu, Sony memperkuat penjualan sensor gambar dan videogame. Sayangnya, lini bisnis ponsel pintar terus menurun.
"Kami akan melanjutkan bisnis sepanjang kami masih sesuai target dengan skenario membuat perubahan tahun depan. Namun, kami tidak meniadakan kemungkinan alternatif lain," ujar Hirai seperti dikutip Reuters, Rabu (7/10).
Sony dan perusahaan elektronik Jepang lainnya berjuang keras untuk bersaing dengan produsen asal Asia lain yang menjual produknya lebih murah seperti Samsung Electronics dan bahkan menghadapi Apple Inc. Berdasarkan data perusahaan tahun lalu, ponsel Sony termasuk produknya Xperia hanya memiliki pangsa pasar 17,5 persen di Jepang dan kurang dari satu persen di Amerika Utara.
Perseroan telah menurunkan target pada Juli lalu untuk unit bisnis komunikasi menjadi rugi 60 miliar yen dari perkiraan sebelumnya rugi 39 miliar yen. "Saya merasa perubahan dalam bisnis elektronik kami menunjukkan perkembangan. Hasil dari tiga tahun restrukturisasi mulai nampak. Tapi kami masih butuh merestrukturisasi lini ponsel pintar," ungkapnya.
Juru Bicara Sony Yoshinori Hashitani sebelumnya mengatakan perseroan masih dalam target untuk mencapai laba di bisnis mobile tahun depan melalui efisiensi. "Restrukturisasi bisnis mobile berjalan sesuai rencana dan kami berusaha mendapat laba di tahun anggaran ke depan. Saat ini, kami tidak memiliki rencana untuk menghentikan bisnis mobile," ungkapnya.
Produksi film
Sony Pictures Entertainment,
termasuk:
Mandalay Entertainment (kepemilikan
yang tidak penuh)
Phoenix Pictures (kepemilikan
yang tidak penuh)
Bertelsmann AG, termasuk:
Grundy
Talkback Thames
Vin Di Bona Films
Rankin-Bass
Cosgrove Hall
FremantleMedia Australia
Bisnis musik
Columbia Records -
musik populer
Epic Records - musik populer
Legacy Recordings -
rekaman langka
Sony Classical -
musik klasik
Sony Nashville -
musik country
Sony Wonder - hiburan anak-anak dan
keluarga
Bisnis Handphone
Permainan video dan daring[
Produk yang terkenal[
Produk-produk di bawah ini merupakan
produk yang dipasarkan oleh Sony:
PlayStation (alias PSOne)
PlayStation 2 (alias
PS2)
PlayStation 3 (alias
PS3)
Sony di Indonesia
PT. Sony Indonesia (Perusahaan Sales
& Marketing) didirikan pada tahun 1995.
Kantor pusat mereka berada di Gedung Sentra Mulia Jakarta Selatan.
Sony pernah mempunyai dua buah pabrik di Cibitung yaitu
PT. Sony Electronics Indonesia dan PT. Sony Manufacturing Indonesia, namun
sudah ditutup. Dalam dunia musik,
Sony (dalam hal ini namanya adalahSony Music)
telah melakukan merger besar-besaran dengan perusahan rekaman BMG menjadi Sony BMG Music Entertainment Indonesia (sekarang Sony Music Entertainment Indonesia).
Pemegang saham
Berikut ini pemegang saham per Maret
2004:
Moxley and Co. (12,5%)
Stéphane Béart (10,5%)
Japan Trustee
Services Bank, Ltd. (Trust Account) (5,3%)
The Master Trust Bank
of Japan, Ltd. (Trust Account) (4,2%)
Clearstream Banking
S.A. (0,8%)
Kesimpulan
Sony adalah
sebuah perusahaan yang berasal dari Jepang. Nama “Sony” dipilih untuk merek sebagai campuran
dari dua kata. Salah satunya adalah kata Latin “sonus”, yang merupakan akar
dari kata sonik yang mempunyai arti suara atau bunyi, dan yang lain adalah
“Sonny”, istilah yang akrab digunakan dalam tahun 1950-an yang populer di
Amerika untuk memanggil anak laki-laki.
Sony corporation didirikan oleh Akio Morita, Sony ini
berdiri dibidang elektronik. Sudah banyak elektronik yang dibuat oleh
perusahaan ini, tetapi untuk sekarang ini dibilang smartphone lah yang sedang
menurun bisnisnya. Oleh sebab itu, tidak menutup kemungkinan mereka tidak akan
melanjutkan bisnis mereka dibidang ini. Mereka kalah bersaing dengan
kompetitor-kompetitornya dari segi teknologi, inovasi dan juga variasinya dan
bidang video gamesnya dikarenakan smartphone lain juga bisa digunakan untuk
bermain games yang tidak kalah dengan video games yang dibuat oleh Sony. Tetapi
mereka tidak kehabisan akal, mereka terus memperbarui produk-produk mereka
tersebut untuk tidak kalah bersaing. Sony pun terus melanjutkan bisnisnya
dibidang yang lain atau alternatif lainnya, tentu yang akan menguntungkan
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar